Minggu, 08 Juni 2014

Malaysia Dekat Dengan Pembelian Sistem Pertahanan Udara HQ-16 China  

LY-80/HQ-16 China

Perusahaan Malaysia Aneka Bekal Sdn. Bhd. menandatangani MoU dengan Aerospace Long-March International Trade Co., Ltd (ALIT) China mengenai tawaran penjualan sistem rudal pertahanan udara jarak menengah LY-80 buatan China kepada Angkatan Bersenjata Malaysia, kantor berita kedua negara melaporkan. 

Penandatanganan dilakukan selama kunjungan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak ke Beijing yang berakhir pada 1 Juni lalu. Tidak banyak yang dilaporkan, namun, diketahui penandatanganan MoU tersebut juga termasuk transfer teknologi agar Malaysia bisa memelihara dan memproduksi sendiri LY-80 di bawah lisensi.

LY-80 adalah varian ekspor dari HQ-16 yang merupakan sistem rudal pertahanan udara (permukaan ke udara) generasi ketiga yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). HQ16A diperkenalkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China pada September 2011 dalam pameran senjata internasional di Turki.

LY-80/HQ-16 China

HQ-16 merupakan varian darat dari sistem pertahanan udara yang digunakan pada kapal frigat China Type 054A (diluncurkan secara vertikal/VLS). HQ-16 ditujukan sebagai senjata pertahanan wilayah yang mampu beroperasi di semua cuaca untuk mencegat penyusup, seperti pesawat tempur, helikopter, UAV, rudal jelajah dan amunisi presisi lainnya.

HQ-16 dapat mencegat target udara yang terbang dengan ketinggian mulai dari 15 meter hingga 18 kilometer, sementara rentang pencegatan efektif untuk pesawat tempur adalah 40 km, dan rentang efektif untuk rudal jelajah yang terbang di ketinggian 50 meter dengan kecepatan 1.080 km per jam adalah antara 3,5 km sampai 12 kilometer. Klaim China, probabilitas HQ-16 untuk menghancurkan pesawat tempur dalam satu kali tembakan adalah 85% sedangkan untuk rudal jelajah sebesar 60%.

Komponen sistem rudal pertahanan udara HQ-16 terdiri dari truk radar, truk komando, truk bimbingan dan pelacakan radar, truk peluncur rudal, dan tabung rudal. Peralatan pendukung teknik meliputi kendaraan pemuat dan transportasi rudal, kendaraan power supply, kendaraan pemeliharaan, dan perangkat missile-test. Satu unit truk bimbingan dan pelacakan radar bisa mengendalikan hingga 4 unit truk peluncur dengan masing-masing enam rudal yang siap diluncurkan. Radar passive phased-array L-band yang terpasang pada bagian belakang truk dan memiliki jangkauan deteksi 85 km dan mempu mendeteksi hingga enam target. Sedangkan truk komando bertanggung jawab dalam memberikan infomasi dan memerintahkan penembakan atas target.

HQ-16 dikembangkan dari sistem rudal Buk M 

HQ-16 merupakan tiruan dari sistem rudal jarak permukaan ke udara jarak menengah "Buk M" hasil pengembangan Uni Soviet dan Federasi Rusia. Namun, tidak seperti Buk M, HQ-16 membariskan rudal dengan tabung vertikal yang dipasang pada truk. China tampak sengaja membuat konfigurasinya mirip dengan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia.

Buk M diketahui digunakan secara luas selama konflik di perbatasan Georgia. Separatis Abkhazian pernah mengklaim bahwa mereka telah berhasil menembak jatuh empat UAV Georgia, sementara dalam bentrokan antara tentara Rusia dan Georgia pada tahun 2008 silam, dikabarkan bahwa Buk M Angkatan Bersenjata Georgia berhasil menembak jatuh tiga pesawat tempur Su-25 Frogfoot dan sebuah pesawat pembom Tu-22M Backfire milik Angkatan Udara Rusia.
Sebelumnya, Buk M2 termasuk satu dari dua pilihan sistem rudal yang sedang diincar oleh Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Udara Malaysia. Kandidat lainnya adalah sistem rudal permukaan ke udara jarak menengah KS-1 buatan China. Laporan sebelumnya juga menyebutkan bahwa Rosoboronexport Rusia siap menjual Buk M2 kepada Malaysia dan kontrak diharapkan akan rampung pada 2015.

Selain China negara lain yang juga memproduksi sendiri Buk-M adalah Iran dengan sistem rudal Raad yang sama dengan Buk-M2EK yang ditampilkan saat parade militer 2012 dan Belarus dengan sistem rudal Buk-MB yang ditampilkan pada Juni tahun lalu.

Gambar: Internet Photos

Selasa, 13 Mei 2014

PUNA Wulung, Sudah Mampu Terbang 6 Jam dan Jangkauan 120 km

PUNA Wulung

Program pengujian prestasi drone PUNA Wulung hasil kerjasama Balitbang Kemhan dan BPPT telah dilaksanakan oleh Tim PUNA PTIPK-TIRBR pada tanggal 22-02 Mei 2014 di bandara Nusa Wiru, Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat.

Pengujian terbang ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan prestasi drone PUNA Wulung PA 08, PA 09 dan PA 10 yang merupakan prototipe hasil penyempurnaan desain PUNA karya BPPT terbaru. Ketiga prototipe PUNA Wulung tersebut dipersiapkan untuk program misi pemantauan (surveillance & recognition) TNI dalam operasi patroli perbatasan.

PUNA Wulung mampu terbang dengan durasi 6 jam dengan jangkauan sekitar 120 km dari titik peluncuran. Kriteria spesifikasi teknis ini merupakan angka yang disepakati sebagai performa PUNA Wulung untuk masuk lini produksi.

Pengujian PUNA Wulung

Untuk meningkatkan kemampuan durasi terbang drone PUNA Wulung dari 4 jam ke 6 jam, pada prototipe Wulung PA 08, PA 09 dan PA 10 dilakukan peningkatan kapasitas tangki bahan bakar dari sebelumnya 35 liter menjadi 55 liter. Konsekwensi dari penambahan bobot tambahan bahan bakar ini membuat konstruksi pesawat PUNA Wulung harus lebih ringan dari versi sebelumnya, agar berat maksimum saat lepas landas tidak berubah yaitu 120kg. Disamping itu, kekuatan struktur juga ditingkatkan dari 3,5G ke 7,6G untuk mengantisipasi penggunaan pada misi modifikasi cuaca yang membutuhkan kekuatan struktur yang ekstra karena operasi penerbangan pada kondisi ekstrem.

Tantangan membuat konstruksi pesawat yang lebih ringan dengan kekuatan struktur lebih kuat membuat tim harus bekerja keras melakukan rekayasa proses manufaktur agar dicapai pengurangan berat yang akan digantikan oleh penambahan bahan bakar.

Pada uji terbang kali ini PTIPK mulai menggunakan kendaraan Ground Control Station (GCS) milik BPPT yang terbaru dilengkapi sistem antena teleskopik.  Hal ini memungkinkan sistem kendali PUNA serta data-link dari PUNA ke GCS dapat secara real-time dan praktis dan diharapkan pergerakan dan dari home base dengan baik. Dari kegiatan uji terbang ini hasil prestasi terbang drone PUNA Wulung terpantau dan hasil pengiriman dokumentasi data terbang PUNA tercatat pada GCS. 

Sebagai hasil dari uji terbang tanggal 1 Mei 2014, PUNA Wulung PA 09 tercatat telah mencapai terbang sejauh 150 km di ketinggian terbang 1.82 m ke arah baringan selatan 125 deg dengan menggunakan sistem komunikasi kombinasi line offset dan sistem satelit iridium.

Kedepan masih perlu dilakukan beberapa kali uji terbang untuk meningkatkan keandalan (reliability) dari drone PUNA Wulung yang mencakup uji jangkauan jauh, ketinggian maksimum terbang, serta untuk melengkapi uji kemampuan terbang PUNA PA 08, PA 09 dan PA 10.
(Tim PUNA-PTIPK 2014/BPPT)
Artileri.com

TNI AD Terima 18 Artileri Kelas Berat

Penyerahan meriam KH 179

TNI AD menambah koleksi artileri kelas beratnya. Sebanyak 18 meriam senilai USD 944 ribu telah didatangkan dari Korea Selatan.

"Ada 18 meriam yang baru saja dibeli. Ini terbesar dalam sejarah TNI AD. Meriam dengan kaliber 155 mm," ujar Kepala Staf TNI AD, Jenderal Budiman di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Mei 2014.

Meriam yang dimaksud adalah Howitzer KH 179 yang didatangkan sebulan yang lalu. Meriam berbobot 5.000 kg itu merupakan buatan pabrikan KIA Machine Tool Company (sekarang bernama WIA Corporation), Korea Selatan.

Penyerahan meriam KH 179

Penyerahan meriam KH 179

Penyerahan meriam KH 179

Menurut KASAD, meriam ini nantinya akan ditempatkan di tiga daerah di Indonesia yakni di Aceh, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur guna melengkapi persenjataan yang sudah ada.
Daya jangkau KH 179 adalah 22 km dengan Normal HE Projectiles atau 30 km dengan Rocket-Assisted Projectile.

"Sampai saat ini yang kita punya memiliki jarak lontar 12 km. Meriam baru ini bisa mencapai 30 km. Ini untuk menutup dan untuk menjaga keutuhan negara," tambah KASAD.

Selain meriam, truk penarik meriam juga ikut diboyong dari Korea Selatan dengan harga senilai USD 170 ribu. Harapannya, meriam baru ini bisa menggantikan meriam yang lama. Pasalnya, meriam yang ada sudah kuno.

(Renatha Swasty/Metro TN news). 
Semua gambar milik: ANTARA/Wahyu Putro A/fz 

KH 179  

Pengembangan meriam Howitzer KH 179 155 mm oleh KIA Machine Tool Company (sekarang WIA Corporation) dimulai pada tahun 1979 dan selesai pada tahun 1982. KH 179 sudah digunakan oleh Angkatan Darat Korea Selatan sejak awal tahun 1983.

KH 179 merupakan meriam hasil konversi dari meriam Howitzer M114A1 Amerika dengancarriage baru untuk mengakomodasi kaliber 155 mm atau laras baru. Beberapa bagian tertentu dari carriage juga sudah diubah untuk menyesuikan dengan laras dan peralatan kontrol tembak baru. KH 179 dinilai cukup ringan untuk dimobilisasikan dengan menggunakan airlifter Hercules C-130.

KH 179 dilengkapi dengan dua teleskop untuk menembak langsung dan tidak langusng. Untuk menembak tidak langsung, teleskop panorama dengan 4x pembesaran dan 10 derajat  bidang pandang yang dipasang di sisi kiri. Sedangkan untuk menembak langsung, teleskop siku dengan 3x pembesaran dan bidang pandang 13,5 derajat dipasang pada sisi kanan agar efektif dalam jangkauan 1.500 meter.

KH 179 menembakkan amunisi 155 mm standar NATO dan juga bisa menggunakan proyektil ERFB. Jangkauannya adalah 22.000 meter dengan menggunakan HE projectiles dan 30.000 meter dengan menggunakan RAP. Firing rate-nya adalah 4 kali permenit.

Laporan Perkembangan Modernisasi Alutsista TNI 2014   

         

 Akuisisi alutsista TNI  

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan 'update' alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada pimpinan redaksi media, Selasa, 29 April 2014, di Kantor Kemhan, Jakarta.

Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014 sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.

Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan daripada alutsista untuk menuju kepada tahap akhir dari modernisasi alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet Indonesia Bersatu ke-2 sebagai bagian dari Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang sampai tahun 2029.

"Yang ingin saya sampaikan disini kepada bapak-bapak sekalian adalah untuk mengetahui alutsista yang kita pesan ini sudah sampai dimana, dan bagaimana perkembangannya hingga saat-saat terakhir ini," kata Sjafrie Sjamsoeddin.

Pada kesempatan itu Wamenhan menyampaikan sejumlah alutsista yang didatangkan dari luar negeri. Beberapa alutsista untuk TNI AD antara lain seperti Kendaraan Taktis (Rantis) 4x4 2,5 ton yang akan masuk seluruhnya pada tahun 2014. Kemudian alutsista jenis Meriam Artileri Medan (Armed) 155 mm atau Howitzer (Caesar) sebanyak 37 unit yang bisa dioperasikan oleh 2 orang Kowan TNI, sehingga efisien dalam penggunaannya. Selain itu Howitzer ini merupakan meriam teknologi digital, dengan transmisi otomatis, serta power steering.

Pada bulan Juni tahun ini alutsista Roket Sistem Multi Laras ASTROS buatan Brazil sebanyak 38 unit dengan harganya USD 404 Juta sudah bisa dikirim. Meriam dengan jarak ratusan kilometer tersebut sudah di uji coba di Brazil. Disamping itu nantinya akan masuk dan bisa hadir pada 5 Oktober 2014 berupa peluru kendali rudal untuk Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sebanyak 111 unit.  Untuk alutsista TNI AD lainnya yakni berupa Main Battle Tank (MBT) Leopard siap dikirim beserta tank pendukung.

Khusus modernisasi alutsista TNI AL, Wamenhan mengatakan masih memerlukan waktu  untuk penyelesaian beberapa masalah administrasi. Salah satunya yang ada pada alutsista helikopter Anti Kapal Selam (AKS), heli ini belum bisa didatangkan ditahun ini karena masih memerlukan klarifikasi teknis yang perlu diclear-kan dari penggunanya untuk diajukan kepada Kementerian Pertahanan. Sedangkan tank amfibi sebanyak 37 unit sudah hadir dan bisa dilihat sebelumnya di Surabaya.

Untuk TNI AU, terdapat beberapa peralatan militer yang didatangkan dari luar negeri seperti pesawat tempur T-50i yang sudah datang semuanya sebanyak 16 unit yang kemudian dilengkapi oleh pesawat tempur Sukhoi yang juga sudah lengkap sebelumnya. Untuk pesawat Combat SAR EC-75 sebanyak 6 unit dan CN-295 sebanyak 9 unit akan masuk tahun ini. Berhubung pesawat ini merupakan joint production antara PT DI dan Airbus Military maka akan memberikan kontribusi pada industri pertahanan dalam negeri.  Apabila 9 unit itu sudah selesai dikirim maka nanti sepenuhnya PT DI bertugas membangun 7 unit lagi dalam mengisi satu skadron 16 unit yang akan dikerjakan pada Renstra mendatang.

Sementara itu rangkaian kesiapan alutsista yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri, Wamenhan memaparkan terdapat jumlah tambahan dari panser Anoa sebanyak 24 unit sebagai bagian dari 250 unit yang sudah dibuat PT Pindad dari tahun 2007. Selain itu terdapat pelaksanaan retrofit tank ringan AMX-13 sebanyak 13 unit. Terkait retrofit tank AMX 13 ini Wamenhan mengatakan TNI sudah punya tank ringan AMX -13 sebanyak kurang lebih 400 unit tetapi sudah tidak layak lagi sehingga harus diretrofit. Jika industri pertahanan dalam negeri bisa meretrofit tank AMX 13 sejumlah 400 unit maka bisa menjadi potensi untuk memasarkannya ke negara-negara yang memerlukan.

Untuk TNI AL, kapal angkut tank ada 3 unit yang bisa mengangkut tank ringan dan tank berat. Untuk 1 kapal ini kira-kira bisa mengangkut 10 tank ke pulau-pulau yang memerlukan deploy dari tank itu sendiri. Sedangkan alutsista untuk mendukung TNI AU, PT DI sudah menambah lagi helikopter NAS dan pesawat CN-235 Patroli Maritime Aircraft (PMA) yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan patroli maritim.

Mengenai alutsista yang lainnya Wamenhan mengungkapkan telah dipesan helikopter serang Apache 8 unit dari Amerika Serikat, diharapkan akan didatangkan 2 unit pertama pada saat 5 Oktober dan sekaligus latihan bersama AD Amerika Serikat.

Selain itu TNI AU mendatangkan pesawat F-16 sebanyak 24 unit hasil hibah dari Amerika Serikat, yang telah diupgrade menjadi setara dengan block 52. Pesawat ini akan datang secara bertahap mulai pada bulan Juni 2014.

Pemerintah juga membeli pesawat Hercules C-130 dari Australia sebanyak 5 unit dengan harga 906 miliar rupiah. Direncanakan pada bulan Mei 2014 sudah melaksanakan kontrak pengadaannya. Pesawat Hercules ini dibeli dalam keadaan serviceable, dan sudah mulai berdatangan satu persatu. Disamping itu terdapat program hibah dari pemerintah Australia sebanyak 4 unit. Dengan adanya tambahan pesawat 9 unit hasil dari pengadaan dan hibah dari Australia, maka TNI AU sudah memiliki 32 pesawat Hercules untuk memperkuat skadron angkut.

Sumber: DMC
Gambar: Internet

Sabtu, 22 Februari 2014

AP-3C Orion Australia Pantau Latihan Perang Angkatan Laut China      AP-3C Orion


Angkatan Udara Australia (RAAF) menerbangkan pesawat pengintai Orion guna memantau latihan militer China yang menempatkan kapal perangnya lebih dekat ke Australia daripada sebelumnya. Latihan militer China terjadi pekan lalu.

Menurut Sydney Morning Herald, sebuah latihan militer tanpa pemberitahuan diadakan di perairan disebelah utara 'Benua Merah', menempatkan tiga kapal perang China begitu dekat dengan garis pantai Australia, sehingga memaksa Angkatan udara Australia untuk menerbangkan AP-3C dari Pangkalan Udara Edinburgh, dekat Adelaide, untuk mengamati aktivitas ketiga kapal perang tersebut.

Tiga kapal perang China tersebut terdiri dari dua kapal perusak dan satu kapal pendaratan, datang melalui selat sunda, mengitari Selatan Jawa, berlayar dekat Pulau Christmas sebelum akhirnya berbelok ke utara melalui Selat Lombok dekat Bali.

Tidak ada tindakan lain yang diambil Australia selain mengirimkan AP-3C Orion karena China masih berlayar di perairan internasional, Armada China juga tidak melakukan tindakan agresif, bahkan meskipun tujuan mereka berlayar di dekat Australia adalah untuk sekali lagi membuktikan bahwa China ingin mengirimkan pesan kepada dunia bahwa Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China mampu beroperasi di Samudera Hindia dan Pasifik dan melawan kekuatan maritim Amerika Serikat dan India di kawasan Asia Pasifik.

AS baru-baru ini juga mengerahkan pesawat pembom strategis ke Darwin, Australia. Pesawat pembom B-52 yang dikerahkan ke Guam guna merotasi kehadiran pembom di Pasifik telah mendarat di sana pada akhir Januari untuk ambil bagian dalam latihan militer bilateral dengan RAAF.

Sudah Minta Izin Indonesia


Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Untung Suropati, mengatakan latihan tiga kapal perang China itu telah diketahui oleh pemerintah Republik Indonesia. China meminta izin kepada atase pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing, dikutip dari Vivanews.

"Tak ada yang salah dengan latihan simulasi perang yang digelar AL China," kata Untung kepada VIVAnews, Jumat 14 Februari 2014. Salah satu latihan meliputi cara mengatasi perompakan.

Untung mengatakan, berdasarkan pemantauan instansinya, AL China taat prosedur saat melintasi perairan Indonesia. "Mereka melewati perairan Alur Kepulauan Indonesia (ALKI) 1 dengan rute dari Laut China Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, lalu terakhir menuju Samudera Hindia," kata dia.

Untuk rute pulang, ketiga kapal perang China itu melalui ALKI 2, yakni Selat Lombok, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Sawu, Laut China Selatan, dan kembali ke pangkalan mereka di Kota Hainan, China.sumber:artileri


Gambar: Wiki

Sabtu, 15 Februari 2014

Kodam IM Terima 30 Unit Alutsista untuk Arhanud Rudal-011


Peluncur rudal sistem pertahanan udara TD-2000B (photo : Defense Studies)

Lhokseumawe, (Analisa). Kodam Iskandar Muda (IM) menerima dan menepungtawari (peusijuk) 30 alat utama sistem persenjataan (Alutsista) terintegrasi TD 2000 B Detasemen Arhanud Rudal-001 dalam suatu upacara yang dipimpin langsung Pangdam IM, Mayjen TNI Pandu Wibowo, di lapangan helipad Arhanud, Aceh Utara, Rabu (29/1).

TD 2000 B merupakan senjata pertahanan udara gabungan antara rudal dan meriam buatan China.

Komposisi sistem persenjataan ini yaitu satu unit radar SR-74 yang memiliki jarak tangkap sasaran hingga 60 km, empat unit FCDV alat kendali tembak yang dilengkapi pengarah optik dengan jarak jangka hingga 14 km beserta simulator, delapan unit FCV-1 yang dilengkapi rudal QW-3 dan mampu menembak sasaran secara efektif dalam jarak 7 km beserta simulator.

Selanjutnya 12 pucuk meriam 57 mm/AA yang dapat dioperasikan baik otomatis maupun manual dengan jarak tembak efektif 6 km serta satu unit FCC kendaraan yang dipergunakan untuk memeriksa misil yang akan ditembakkan dalam penugasan maupun latihan penembakan.

Mayjen Pandu Wibowo dalam sambutannya mengungkapkan, kehadiran alutsista baru ini merupakan perkuatan TNI AD dalam melaksanakan tugas pokoknya sesuai Undang-Undang (UU) No 34/2004 tentang TNI, yakni menegakkan kedaulatan, melindungi dan mempertahankan NKRI.

Alutsista terintegrasi TD 2000 B merupakan persenjataan andalan terbaru yang dimiliki Detasemen Arhanud Rudal-001 Kodam IM sebanyak 30 unit. Alusista ini menjadi kunci bagi TNI AD dalam melaksanakan pertahanan negara dan dukungan operasional bagi Arhanud dalam menyelenggarakan pertahanan udara aktif terhadap objek vital nasional dengan menghancurkan dan meniadakan daya serangan musuh melalui pesawat terbang, rudal maupun balistik dalam mendukung tugas pokok Kodam IM.

Bukan “tebar pesona”

Menurutnya kehadiran senjata ini bukan untuk tujuan pasang aksi dan tebar pesona, tetapi menjadi pengobat dahaga bagi Detasemen Arhanud yang telah lama mendambakan kehadiran alutsista baru untuk menggantikan senjata lama yang telah dipensiunkan.

“Saya berharap dengan penambahan perlengkapan ini akan semakin meningkatkan pengamanan wilayah di jajaran Kodam IM sehingga kinerja pengamanan akan semakin maksimal,” ujarnya.

Diakuinya, saat ini banyak alutsista di jajaran Kodam IM sudah tua dan membutuhkan pembaruan dan perbaikan. Namun, dopastikannya bahwa pasukan TNI selalu siaga menjaga tiap jengkal wilayah NKRI.

Sesuai arahan KSAD, lanjutnya, alutsista yang tiba harus segera disalurkan untuk mengisi satuan utama di jajaran TNI AD agar dapat digerakkan sewaktu-waktu.

“Hari ini kita menerima persenjataan baru terintegrasi yang merupakan dukungan dari pusat untuk melaksanakan pertahanan udara aktif guna melindungi objek vital nasional maupun titik rawan lainnya di Aceh,” sebutnya.

Saat ditanya wartawan, Pangdam IM mengungkapkan, kehadiran alutsista TD 2000-B untuk menggantikan rudal lama yang sudah berumur 30 tahun.

Akurasi senjata ini mencapai 98 persen dan cukup baik dioperasikan di daerah tropis, ujarnya seraya mengharapkan penambahan satu detasemen di Banda Aceh untuk melindungi kota ini dari serangan musuh.

Penerimaan sekaligus peusijuk ini dihadiri Wadan Pusat Senjata Arhanud, Kolonel ARH Fahrudin; Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Hipdizah, Bupati Aceh Utara, M Thaib, Dandim 0103/Aceh Utara, Dan Arhanud 001, Mayor ARH Hari Purnomo; dan jajaran pejabat sipil dan militer lainnya.

Acara diakhiri dengan atraksi pemanfaatan alusista tersebut oleh prajurit TNI Detasemen Arhanud 001 ketika menghadapi serangan musuh dari udara.

(AnalisaDaily)

Indonesia Beli Sistem Pertahanan Udara ForceSHIELD                                   

RapidRANGER

Kementerian Pertahanan Indonesia dikabarkan telah mengakuisisi sistem pertahanan udara jarak pendek Thales ForceSHIELD (integrated air defence system/IADS), Thales Group mengabarkan di laman resminya pada 15 Januari 2014.

Kontrak disebutkan senilai lebih dari USD 163,4 juta (sekitar 1,97 triliun rupiah). Berdasarkan kontrak tersebut, Thales yang beroperasi di Inggris dan Prancis akan melengkapi lima baterai TNI AD dengan sistem pertahanan udara ForceSHIELD, yang terdiri dari rudal pertahanan udara jarak pendek STARStreak, sistem radar CONTROLMaster200 dan sistem koordinasi senjata, RAPIDRanger mobile weapon system, Lightweight Multiple Launcher (LML) system, STARStreakman-portable surface-to-air missile (SAM) system, serta perangkat komunikasi terkait, pelatihan dan peralatan pendukung lainnya.

Kesepakatan yang diumumkan ini merupakan gabungan dari dua kontrak, kontrak pertama terjadi pada November 2011 yang mana Indonesia memperoleh lima baterai pertama.  

Sistem pertahanan udara ForceSHIELD merupakan modifikasi dan gabungan berbagai peralatan seperti radar, komunikasi, sistem kontrol tembak dan keterlibatan, serta peluncur dan rudal. Memberikan kemampuan efektif bagi operator dalam hal ini TNI AD dalam mengatasi ancaman udara asimetris dan konvensional.

CONTROLMaster200
CONTROLMaster200 terdiri dari radarsolid-state generasi terbaru, yang mampu mendeteksi dan melacak 200 target secara simultan pada ketinggian hingga 25.000 meter di rentang hingga 250 kilometer. Dikombinasikan dengan CONTROLView engagement control system yang akan mengevaluasi ancaman, dan mengkoordinasi manajemen tempur - untuk cepat mengambil keputusan yang komplek dan kritis dengan tingkat presisi dan keamanan yang lebih baik.

RAPIDRanger merupakan kendaraan peluncur ringan dan sistem kontrol tembak yang unik, dapat diintegrasikan dalam struktur jaringan dan dikoordinasikan dengan berbagai sistem kontrol dan komando. Kendaraan penampilannya mirip dengan Humvee Amerika Serikat. Dilengkapi dengan empat tabung rudal STARStreak jarak pendek berkecepatan tinggi, RAPIDRanger mampu mengatasi berbagai ancaman udara seperti pesawat serangan darat, helikopter serang, UAV dan rudal jelajah.

Rudal STARStreak mampu terbang di kecepatan Mach 3 (3.675 km/jam) untuk mengatasi ancaman yang bergerak cepat dan waktu melintas yang pendek. Sekaligus menjadi rudal jarak pendek permukaan ke udara yang tercepat di dunia. Konfigurasi three-dart pada rudal STARStreak menjadikan rudal ini sangat akurat dan mematikan dengan bimbingan laser, juga memungkinkan untuk terlibat dengan target yang minim terdeteksi radar dan yang kebal terhadap semua jenis usaha pertahanan udara umum saat ini.

Skema sistem pertahanan udara ForceSHIELD

Sebagai langkah lanjut dari kesepakatan ini, Thales akan meningkatkan kerjasama industri dengan pemerintah Indonesia, dan disebutkan telah menandatangi perjanjian dengan PT LEN Industri Indonesia baik untuk program-program militer maupun sipil di masa depan.

Pembelian ini merupakan pembelian alutsista terbaru Kementerian Pertahanan untuk memodernisasi TNI AD. Yang beberapa diantaranya adalah membeli Tank Leopard, artileri 155mm, kendaraan tempur infanteri, dan alutsista-alutsista lainnya.

Kredit foto: Thales